Selasa, 18 September 2012

Long Term Evolution (LTE) Jaringan 4G

Perusahaan telekomunikasi dan operator seluler di negara maju sedang gencar menawarkan layanan jaringan nirkabel LTE. Begitupun produsen perangkat mobile, makin giat menawarkan produk yang mendukung jaringan LTE. LTE disebut-sebut sebagai jaringan nirkabel tercepat saat ini, sebagai penerus jaringan 3G. LTE bahkan diklaim sebagai jaringan nirkabel yang paling cepat pertumbuhannya.
Jaringan LTE hingga saat ini belum tersedia di Indonesia. Sehingga, tak sedikit masyarakat yang belum mengetahui apa itu LTE. Long Term Evolution (LTE), merupakan standar baru untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan jaringan saat ini. LTE menggunakan radio yang berbeda, namun tetap menggunakan dasar jaringan GSM / EDGE dan UMTS / HSPA. LTE sering disebut dengan istilah 4G (generasi keempat), untuk membedakannya dengan jaringan 3G.


LTE pertama kali diadopsi oleh operator seluler TeliaSonera di Stockholm dan Oslo pada 14 Desember 2009.

Kecepatan LTE

Kecepatan maksimum LTE bisa mencapai 299.6Mbps untuk mengunduh dan 75.4Mbps untuk mengunggah. Namun, operator seluler yang telah menyediakan jaringan ini, masih membatasi kapasitas dan kecepatan untuk pelanggannya. Pemerintahan di suatu negara juga punya cara yang berbeda mengatur pengalokasian rentang pita frekuensi.

Mengapa frekuensi LTE berbeda di setiap negara?

Pada dasarnya LTE bisa berjalan di seluruh frekuensi. Namun, penyelenggaraan jaringan LTE di setiap negara, bisa jadi berada di spektrum frekuensi yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan spektrum frekuensi yang diatur oleh pemerintah dan operator seluler yang mendapatkan lisensi LTE.

Selain itu, beberapa frekuensi juga telah digunakan untuk layanan lain. Di Indonesia misalnya, frekuensi 700MHz digunakan untuk siaran TV analog, dan frekuensi 2.600MHz, dipakai untuk layanan televisi satelit berlangganan.

Ini menjadi salah satu alasan, mengapa frekuensi LTE di setiap negara bisa jadi tidak sama. Sehingga, negara dan operator seluler memilih untuk menyelenggarakan LTE di frekuensi yang tersedia.

Frekuensi yang umum digunakan untuk LTE

Di Asia, frekuensi 1.800 MHz dan 2.600 MHz menjadi frekuensi yang umum digunakan untuk penyelenggaraan LTE. Frekuensi ini digunakan oleh Singapura, Hong Kong, Korea Selatan dan beberapa negara Eropa. Di Jepang dan Amerika Serikat, LTE berjalan di frekuensi 700MHz atau 2.100MHz.

Sekedar catatan, beberapa negara juga menggunakan frekuensi 800MHz dan 850MHz untuk LTE.

Smartphone LTE belum bisa digunakan secara global

Sering dijumpai sebuah smartphone atau tablet LTE tidak dapat mengaktifkan jaringan LTE-nya di suatu negara. Tablet iPad generasi 3 misalnya, tidak dapat menjalankan LTE di Australia. Hal ini disebabkan cip antena radio di iPad generasi 3 tidak mendukung jaringan LTE di frekuensi tertentu.

Tak hanya iPad, Apple juga membuat iPhone 5 model GSM dalam dua versi dukungan frekuensi LTE.

Pertama, iPhone 5 (GSM) Model A1429 yang mendukung jaringan LTE di frekuensi 2.100MHz, 1800Hmz, dan 850MHz. Namun, ia tak mendukung LTE di frekuensi 700MHz.

Kedua, iPhone 5 (GSM) Model A1428 mendukung jaringan LTE di frekuensi 700MHz. Nampaknya, Apple akan mengirimkan iPhone 5 model ini untuk Amerika Serikat dan Kanada saja.

Namun, seiring banyaknya operator seluler yang menyediakan jaringan LTE, tak menutup kemungkinan para produsen smartphone dan tablet akan membekali cip radio universal untuk produknya agar mendukung jaringan LTE di seluruh frekuensi.

Biaya masih mahal

Harga berlangganan layanan LTE saat ini memang relatif lebih mahal. Wajar saja, LTE memberi kecepatan akses data yang lebih cepat ketimbang 3G. Tak sedikit pelanggan LTE di negara maju, yang sangat memperhatikan penggunaan kapasitas data yang telah mereka gunakan agar tagihan kartu seluler mereka tidak membengkak

Sumber: Kompas.com

Tidak ada komentar: