Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar,
digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran
pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya
tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture),
dan kecepatan rana (speed).
Fitur kamera
ISO / ASA (ISO Speed) adalah sensitivitas sensor terhadap cahaya.
Penggunaan ISO yang tinggi bisa membantu sensor merespon cahaya dengan lebih
cepat, namun semakin tinggi ISO, akan menimbulkan noise. Noise membuat gambar
kelihatan tidak jernih. Kalau tidak menggunakan cahaya tambahan (flash), maka
kurang lebih panduan menggunakan / mengatur ISO adalah sebagai berikut:
PAGI/ SORE: ISO 100 s/d 400
SIANG : ISO 400 s/d 1600
MALEM/ RUANG TERTUTUP : ISO 1600
s/d 6400
Diafragma (Aperture) adalah ukuran seberapa besar lensa terbuka (bukaan
lensa) saat kita mengambil foto. Aperture atau bukaan dinyatakan dalam satuan
f-stop. Sering kita membaca istilah bukaan/aperture 5.6, dalam bahasa fotografi
yang lebih resmi bisa dinyatakan sebagai f/5.6. Setiap lensa mempunyai
perbedaan bukaan diafragma masing-masing. Biasanya, ukuran diafragma dimulai
dengan f/2.8 – f/4 – f/5.6 – f/8 – f/11 – f/16 – f/22. Besar kecilnya bukaan diafragma
yang kita pilih menghasilkan foto yang berbeda. Bukaan diafragma kecil akan
menghasilkan ruang yang luas. Sedang bukaan diafragma besar akan membuat ruang
tajam sempit (Blur). Efeknya, makin besar bukaan, maka makin besar kecepatan
yang dibutuhkan, speed makin tinggi. Efek lainnya, makin besar bukaan, makin
sempit ruang tajamnya, artinya makin besar efek blur untuk daerah diluar ruang
tajam yang fokus.
Rana (speed) adalah waktu dimana sensor kita ‘melihat’ subyek yang akan
kita foto. Gampangnya shutter speed adalah waktu antara kita memencet tombol
shutter di kamera sampai tombol ini kembali ke posisi semula. Berikut ini
contoh konsep dalam beberapa penggunaannya di kamera:
Setting shutter speed sebesar 500 dalam kamera anda berarti rentang waktu
sebanyak 1/500 (seperlimaratus) detik. Ya, sesingkat dan sekilat itu. Sementara
untuk waktu eksposur sebanyak 30 detik, anda akan melihat tulisan seperti ini:
30’’
Setting shutter speed di kamera anda
biasanya dalam kelipatan 2, jadi kita akan melihat deretan seperti ini: 1/500,
1/250, 1/125, 1/60, 1/30 dst. Kini hampir semua kamera juga mengijinkan setting
1/3 stop, jadi kurang lebih pergerakan shutter speed yang lebih rapat; 1/500,
1/400, 1/320, 1/250, 1/200, 1/160 … dst.
Untuk menghasilkan foto yang tajam, gunakan shutter speed yang aman. Aturan
aman dalam kebanyakan kondisi adalah setting shutter speed 1/60 atau lebih
cepat, sehingga foto yang dihasilkan akan tajam dan aman dari hasil foto yang
berbayang (blur/ tidak fokus). Kita bisa mengakali batas aman ini dengan tripod
atau menggunakan fitur Image Stabilization.
Batas shutter speed yang aman lainnya adalah: shutter speed kita harus
lebih besar dari panjang lensa kita. Jadi kalau kita memakai lensa 50mm,
gunakan shutter minimal 1/60 detik. Jika kita memakai lensa 17mm, gunakan
shutter speed 1/30 det.
Shutter speed untuk membekukan gerakan. Gunakan shutter speed setinggi
mungkin yang bisa dicapai untuk membekukan gerakan. Semakin cepat obyek
bergerak yang ingin kita bekukan dalam foto, akan semakin cepat shutter speed
yang dibutuhkan. Untuk membekukan gerakan burung yang terbang misalnya, gunakan
mode Shutter Priority dan set shutter speed di angka 1/1000 detik (idealnya ISO
diset ke opsi auto) supaya hasilnya tajam. Kalau anda perhatikan, fotografer
olahraga sangat mengidolakan mode “S / Tv” ini.
Blur yang disengaja – shutter speed
untuk menunjukkan efek gerakan. Ketika memotret benda bergerak, kita bisa
secara sengaja melambatkan shutter speed kita untuk menunjukkan efek
pergerakan. Pastikan anda mengikutkan minimal satu obyek diam sebagai jangkar
foto tersebut.
Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai Pajanan
(exposure). Dalam hal ini perubahan dalam salah satu elemen akan mengakibatkan
perubahan dalam elemen lainnya.
Dalam hal dunia fotografi, pengetahuan tentang exposure ini sangat penting,
namun kalau hanya pengetahuan saja tanpa praktek langsung dan mencoba.
Sumber: wikipedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar